Sejarah Penuba sebagai Ibukota Onderafdeling Lingga Tahun 1908-1939

Main Article Content

Dedi Arman

Abstract

Tulisan ini mengkaji Sejarah Penuba sebagai Ibukota Onderafdeling Lingga tahun 1908-1939. Kajian menggunakan metode penelitian sejarah yang dalam pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Dari penelitian diketahui Penuba yang awalnya sebuah kampung yang sepi tahun 1904 dijadikan pusat sementara Onderafdeling Lingga dan secara resmi jadi ibukota Onderafdeling Lingga mulai 19 Juli 1908. Perpindahan ibukota Onderafdeling Lingga yang semula di Tanjungbuton (Lingga) ke Penuba tidak terlepas kondisi daerah Lingga yang semakin sepi. Tahun 1900, pusat Kesultanan Riau Lingga pindah dari Daik Lingga ke Pulau Penyengat di Tanjungpinang. Usai ditunjuk jadi ibukota, pemerintah kolonial Belanda membangun banyak fasilitas di Penuba, seperti gedung perkantoran, rumah candu, perbaikan pelabuhan, rumah peristirahatan dan juga sekolah. Penduduk Penuba makin ramai dan jadi multi etnik, diantaranya Melayu, Bugis, Tionghoa, dan Orang Laut. Kejayaan Penuba tidak berlangsung lama. Ibukota Onderafdeling Lingga tahun 1939 dipindahkan dari Penuba ke Dabo Singkep. Alasan perpindahan adalah Dabo Singkep cocok jadi ibukota karena daerahnya makin maju karena adanya penambangan timah oleh Singkep Tin Exploitatie (SITEM). Bangunan perkantoran dan perumahan bisa dipakai tanpa dipungut biaya. Sementara, bangunan perkantoran di Penuba dinilai juga sudah banyak yang rusak dan daerahnya juga rawan penyakit malaria. Tidak ada dokter yang bertugas di Penuba.


 

Article Details

How to Cite
Arman, D. (2023). Sejarah Penuba sebagai Ibukota Onderafdeling Lingga Tahun 1908-1939. Jurnal Ceteris Paribus, 2(2), 67–74. https://doi.org/10.25077/jcp.v2i2.17
Section
Research Article

References

ANRI. (1970). Surat-Surat Perdjandjian antara Kesultanan Riau dengan VOC dan Pemerintah Hindia Belanda 19784-1909. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arman, D. (2020). Perkembangan Tari Merawai di Pulau Lipan Kabupaten Lingga. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 6(1). https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.163 DOI: https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.163

Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana

Laely, N. (2018). Sistem Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda di Onderafdeling Bonthain 1905-1942’. Universitas Negeri Makassar.

Susilo, A. & S. (2020). Sejarah Surulangun Sebagai Ibukota Onder Afdeling Rawas Tahun 1901-1942. JURNAL AGASTYA, 10(1). file:///C:/Users/DELL/Downloads/Sejarah_Surulangun_Sebagai_Ibukota_Onder_Afdeling_.pdf DOI: https://doi.org/10.25273/ajsp.v10i1.5109

Swastiwi, A. W. (2017). Cerita Rakyat Asal Usul Nama Tempat (Toponimi) Kabupaten Lingga. Tanjungpinang: Milaz Grafika.

Swastiwi, W. (2022). Lingga dan Jejak Sejarahnya (R. K. Liamsi (Ed.)). Tanjungpinang: Milaz Grafika.

Tachimoto, N. M. (1997). Symbiotic Dynamics of an Insular Community in the Melaka Strait. Regional Views, 11, 1–21.

Voorstellen In Veeband Met Het Voornemen Tot Inlijving Vat Het Sultanaat Lingga Riau En Onderhorigheden Bij Het Rechtstreeksc Bestuur Gebied van Nederlandsch Indie. (1912).

Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Surat Kabar

Het Nieuws van Den Dag, 23 April 1908)

Soerabaiasch Handelsblad. Riouw, het Indische Zeeland. 24 Februari 1939